Terletak sekitar 200 meter dari jalan raya, siapa sangka rumah nan asri di Jl Tino Sidin 297, Bantul, Yogyakarta, ini adalah kediaman Pak Tino Sidin. Sekarang difungsikan sebagai museum Taman Tino Sidin. Bagi anak-anak generasi ’70-’90 an awal, nama Pak Tino tentu cukup familiar. Namun bagi saya sendiri yang lahir di penghujung 90an, sempat dibuat bertanya-tanya.
Pak Tino adalah seorang pelukis. Awal karirnya dimulai dari sanggar lukis anak Seni Sono Yogyakarta yang didirikan Ny. Larasati Suliantoro Sulaiman dan Ny. Boldwin.
Pada tahun 1969, TVRI Yogyakarta mengundang Pak Tino sebagai pengisi acara berjudul Gemar Menggambar. Acara tersebut mendapat sambutan positif hingga bertahan sembilan tahun. Acara Gemar Menggambar kemudian berpindah ke TVRI pusat mulai tahun 1979-1989.
Selain seorang pelukis dan guru gambar, Pak Tino adalah pejuang kemerdekaan, art director beberapa film, penulis, komikus, serta guru kebatinan. Dia memiliki hubungan yang dekat dengan presiden pertama dan kedua Indonesia, Pak Karno dan Pak Harto.
Saya mengetahuinya dari album foto yang terletak di lantai 1 museum. Di dalamnya tersimpan rapi berbagai album foto Pak Tino dan keluarga disertai barang-barang memorabilia dan lukisan Pak Tino.
Salah satu barang memorabilia tersebut adalah sebuah crayon Fujita dan crayon Pentel yang cukup populer di era 90an. Perusahaan crayon tersebut sampai memilih Pak Tino Sidin sebagai Brand Ambassador produknya.
Menuju lantai 2, terhampar sketsa-sketsa karya Pak Tino. Pak Tino sering membuat sketsa dari pemandangan atau benda yang beliau lihat. Juga tersimpan rapi komik dewasa dan anak karyannya.
Menuju lantai 3, tersusun banyak buku berbagai genre milik perpustakaan Museum ini. Pada akhir tur museum, kami belajar menggambar bersama Pak Tino melalui TV yang menyiarkan ulang siaran program Gemar Menggambar. Sebelum pandemi Covid-19 Museum Taman Tino Sidin sering mengadakan acara menggambar untuk anak-anak maupun acara kesenian.
Gemar Menggambar memang mendapat respon yang positif, namun ada juga yang menuduh Pak Tino mendikte anak-anak saat melukis. Alasannya karena Pak Tino mengedepankan garis lurus dan garis lengkung dalam mengajar. Pak Tino menyangkal pernyataan tersebut. “Saya memang tidak mengajar melukis, melainkan hanya merangsang anak-anak untuk menggambar,” kata Pak Tino berdasarkan keterangan guide museum.
Museum Taman Tino Sidin
Jl. Tino Sidin 297 Kadipiro, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55182
Harga Tiket Masuk Rp 10.000
Buka Senin-Sabtu 09.00-13.00 (selama pandemi)
#ayokemuseum





