Categories
Gagasan

Jajan sebagai Upaya Redistribusi Kekayaan

Saya termasuk orang yang gemar sekali jajan makanan, baik langsung dari pelapak atau layanan online. Alasannya karena makanan yang dijual di luar rumah jauh lebih beragam. Apalagi racikan bumbunya biasanya lebih banyak dan berani. Rasa yang dihasilkan pun menjadi jauh lebih terasa dibandingkan makanan rumahan. Itu menurut pendapat saya pribadi.

Karena kebiasaan jajan tersebut, saya terkesan menjadi orang yang boros dan ‘ceroboh’ dalam membelanjakan uang, meskipun tidak sampai level overspender kronis. Saya menyadari hal tersebut, bahkan sesekali ada perasaan menyesal saat mengetahui bahwa uang yang saya dapatkan hanya habis untuk jajan.

Jika dilihat dari sudut pandang penghematan uang, kebiasaan saya bisa dikatakan boros. Namun, lain halnya ketika sudut pandang yang dipakai untuk mengukur kebiasaan saya adalah kesempatan dalam mendistribusikan kekayaan. Jajan bisa jadi upaya dalam membagikan kekayaan yang dimiliki untuk orang lain. Pembagiannya tidak dilakukan secara cuma-cuma, tetapi dengan membayar barang dagangan atau jasanya. Dengan kata lain, melarisi dagangan orang lain berarti memberikan sedikit kekayaan yang kita miliki untuk orang lain.

Ada dua hal yang berubah setelah saya memilih menggunakan sudut pandang kedua dalam melihat kegemaran jajan saya. Yang pertama, niat saya yang semula hanya terfokus pada memenuhi hasrat pribadi bergeser pada keinginan untuk membantu orang lain. Pola pikir tersebut membuat saya tidak terbebani saat hendak membelanjakan uang. Saya melihatnya sebagai upaya dalam membantu perekonomian orang lain. Kedua, saya pun merasa ada saja rezeki yang tak terduga yang saya dapatkan. Mungkin itulah cara Sang Pemberi rezeki menitipkan rezeki orang lain melalui saya sebagai perantaranya.

Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, saya merasa bahwa jajan adalah hal yang bermanfaat. Saat perekonomian rontok dan banyak usaha yang kritis, sebuah keistimewaan untuk masih memiliki penghasilan. Kesempatan tersebut tentu dapat menjadi sarana untuk membantu orang lain, kesempatan untuk menggerakan perputaran roda ekonomi.

Mungkin apa yang saya lakukan tidak berdampak signifikan pada perputaran ekonomi negara, tetapi setidaknya berdampak pada perputaran ekonomi keluarga yang barang dagangannya saya beli. Pada akhirnya jajan tidak hanya sekadar memuaskan hasrat pribadi, tetapi menjadi sarana untuk saling berbagi. Selagi masih ada waktu untuk berbuat baik, kenapa tidak?