Ruang solidaritas lintas kelas yang menjadi perantara masyarakat untuk saling menerima dan memberi. Berada di Jalan Siwalan no. 1 Kerten, Laweyan, Surakarta.
SOLO–Polemik penggunaan City Walk di Jl. Slamet Riyadi, Kota Solo, belakangan ini perlu mendudukkan kembali fungsi dasar trotoar sebagai ruang dan fasilitas publik bagi warga yang beragam. Akar masalahnya adalah di Indonesia tidak ada hierarki pembagian ruang yang jelas dalam tata kelola trotoar.
Akibatnya, konflik atas penggunaan trotoar selalu muncul seiring lahirnya pengguna trotoar baru. Contoh peristiwa terbaru adalah kemunculan meja dan kursi bagi pelanggan kafe dan restoran di sepanjang City Walk.
Founder Transportologi, Sukma Larastiti, mengatakan secara prinsip tata kelola trotoar dibagi menjadi beberapa zona meliputi zona muka bangunan (zona 1), zona berjalan kaki (zona 2), zona perlengkapan jalan (zona 3), dan zona penyangga (zona 4).
Gambar 1. Ilustrasi desain trotoar (Sumber: NACTO, 2016)
Zona muka bangunan berfungsi memfasilitasi ruang bukaan pintu sekaligus ekstensi ruang kegiatan yang ada. Bagian ini lazim dimanfaatkan untuk memasang pajangan toko, meja, dan kursi kafe atau restoran.
Penggunaan ruang muka bangunan untuk meletakkan meja dan kursi sebagai perpanjangan kafe atau restoran bukanlah hal yang tabu dalam tata kelola trotoar.
“Kondisi ini justru meningkatkan kenyamanan, semarak kehidupan sosial, dan daya tarik jalan untuk dikunjungi serta meningkatkan persepsi keselamatan dan keamanan pejalan kaki, khususnya perempuan,” kata Sukma, dalam siaran pers yang diterbitkan Transportologi, Rabu (15/10/2025).
Hasil riset sederhana Transportologi di City Walk (seksi simpang Pasar Pon-simpang Teuku Umar) menunjukkan perempuan menilai keamanan dan keselamatan trotoar City Walk rendah, bahkan jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Berikutnya, zona pejalan kaki yang harus steril dari segala aktivitas ekonomi dan perlengkapan jalan. Lalu, zona perlengkapan jalan terdiri atas pepohonan, kursi taman, dan lainnya. Terakhir, zona penyangga digunakan sebagai kereb, ruang drainase atau dikombinasikan dengan jalur sepeda.
“Di City Walk, pembagian zona ini tidak ada. Penataan trotoar City Walk sekitar 2019 justru berfokus pada penyediaan parkir kendaraan bermotor di trotoar, tanpa mempertimbangkan perubahan aktivitas sosial dan ekonomi yang akan terjadi di kemudian hari,” sambung Sukma.
Gambar 2. Penggunaan ruang trotoar City Walk (Sumber: dokumentasi Transportologi)
Konflik Perebutan Ruang
Trotoar sendiri sebetulnya bukan untuk sirkulasi dan parkir kendaraan bermotor. Akibatnya, muncul konflik perebutan atas ruang trotoar yang memang lebarnya terbatas.
Masalah lainnya adalah pemasangan blind tactile di sekitar zona muka bangunan (kurang lebih 1,5 meter dari dinding bangunan), bukan di zona berjalan kaki. Hal ini memicu tumpang-tindih klaim dan konflik penggunaan ruang berjalan kaki dan aktivitas sosial-ekonomi yang akan muncul di depan muka bangunan.
Sebagai resolusi atas polemik yang terjadi, Transportologi merekomendasikan pemerintah kota untuk mengkaji kembali tata kelola City Walk dan penggunaan parkir di trotoar. Selain itu, perlu menyusun panduan tata kelola trotoar yang inklusif, berkeselamatan, aman, dan berkeadilan bagi seluruh penggunanya.
“Berikutnya perlu menyusun strategi optimalisasi penggunaan angkutan umum dan mobilitas aktif di kawasan Jl. Slamet Riyadi untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan menata parkir di sepanjang koridor tersebut,” ujar Sukma.
Gambar 3. Penilaian trotoar City Walk (sumber: Transportologi, 2023)
Surakarta, 30 September 2025 – Kota Kita bersama Jalatera dan Hetero Space Solo melalui dukungan Internet Society Foundation dengan bangga meluncurkan website DIVA UMKM (Dorong Inklusi dan Visibilitas UMKM Perempuan melalui Akses Digital) atau divaumkm.id sebagai sebuah etalase digital dan wadah pembelajaran bagi pelaku UMKM perempuan, termasuk perempuan dengan disabilitas, di Solo Raya. Acara peluncuran website DIVA UMKM dihadiri oleh Walikota Surakarta Respati Ardi yang membuka rangkaian acara, serta perwakilan dari Komisi Nasional Disabilitas dan sejumlah dinas terkait dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dan Klaten.
Peluncuran website merupakan puncak dari perjalanan program DIVA UMKM yang telah melibatkan 462 perempuan pelaku usaha dari Kota Solo, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Karanganyar. Selama setahun terakhir, para perempuan pelaku usaha yang disebut sebagai Diva UMKM telah mempelajari beragam keterampilan penting mulai dari branding dan packaging, pemasaran digital, fotografi, dan videografi produk, hingga digitalisasi keuangan. Lebih dari 70 persen dari peserta melaporkan peningkatan kepercayaan diri dalam menggunakan alat atau platform berbasis digital dalam pengembangan usaha mereka setelah mengikuti rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh DIVA UMKM.
“Website DIVA UMKM adalah bukti nyata bagaimana teknologi bisa menjadi jembatan bagi perempuan, termasuk penyandang disabilitas, untuk lebih percaya diri dan berdaya dalam mengembangkan usahanya. Kami berharap platform ini tidak hanya menjadi etalase digital, tetapi juga wadah untuk menghubungkan cerita, karya, dan potensi besar UMKM perempuan di Solo Raya,” ujar Ahmad Rifai, Direktur Eksekutif Kota Kita.
Websitedivaumkm.id akan menampilkan katalog produk terkurasi dari Surakarta, Karanganyar, dan Klaten, serta menyajikan kisah-kisah inspiratif perjalanan usaha para peserta program. Selain sebagai wadah promosi, platform ini juga akan dikembangkan menjadi wadah inklusif untuk menghubungkan UMKM perempuan dengan konsumen, komunitas bisnis, dan pemangku kebijakan. Proses pengembangan website divaumkm.id juga bekerja sama dengan Suarise untuk meningkatkan aksesibilitas website agar dapat dinikmati oleh semua kalangan, terutama penyandang disabilitas.
Eka Prastama Widyata, Komisi Nasional Disabilitas (KND) menekankan tentang pentingnya kolaborasi lintas sektor, “Dibutuhkan dukungan dan kerjasama dengan Kementerian UMKM, pemerintah daerah, dan swasta untuk memperluas peluang pemasaran produk dan jasa teman-teman Diva UMKM. Peserta Diva UMKM telah memahami materi yang diberikan, yang telihat dari luaran produk yang berkualitas dan mampu bersaing”.
Wali Kota Solo, Respati Ardi, menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam memperkuat pemasaran digital UMKM. “Produk Diva UMKM akan kami integrasikan ke dalam E-Katalog agar kebutuhan produk maupun jasa di lingkungan pemerintah dapat terhubung langsung dengan penyedia lokal,” ujarnya.
Merayakan Warga Berdaya, Tumbuh Bersama
Setelah peluncuran website, acara dilanjutkan dengan talkshow interaktif bersama pemerintah, komunitas UMKM, organisasi penyandang disabilitas, dan tokoh inspiratif. Menggandeng panelis dari pelaku usaha perempuan serta perwakilan pemerintah, diskusi ini bertujuan untuk menggarisbawahi pentingnya pemanfaatan teknologi untuk memperluas pasar sekaligus memperkuat ekosistem UMKM yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan. Adapun jajaran panelis dalam talkshow tersebut merupakan Yonas Dian dari Deputi Bidang Kewirausahaan, Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Yusa Bramidha, S.STP, MM selaku Fungsional Pengembang Kewirausahaan Balai Latihan Koperasi, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah; Asri Saraswati selaku Founder Agradaya; Ludovica Diani sebagai peserta Training of Trainers DIVA UMKM; dan Qoriek Asmarawati dari Perkumpulan Penyandang Disabilitas Klaten.
Rangkaian kegiatan juga diramaikan dengan expo UMKM dan lokakarya kreatif yang menghadirkan karya-karya peserta program, seperti lokakarya totebag eco print yang difasilitasi oleh Diva Reno Suryani (@godhongkoe), lokakarya pembuatan scrunchi yang difasilitasi oleh Ajeg Social (@ajegsocial), serta lokakarya handbuild clay pottery yang difasilitasi oleh Kamikamu (@kamikamu.cc). Aktivitas ini menjadi simbol semangat kolaborasi dan inovasi yang diusung DIVA UMKM sejak awal. Melalui acara puncak dari rangkaian program DIVA UMKM ini, diharapkan lahir semakin banyak peluang bagi pelaku usaha perempuan untuk berkembang, memperluas jangkauan pasar, serta memperkuat posisi UMKM sebagai motor penggerak ekonomi yang inklusif di Solo Raya.
Informasi lebih lanjut: Ulfia Atmaha ulfia@kotakita.org
Tentang Program DIVA UMKM DIVA UMKM (‘Dorong Inklusi dan Visibilitas UMKM Perempuan melalui Akses Digital’) merupakan kolaborasi antara Kota Kita, Jalatera, dan Hetero Space Solo yang didukung oleh Internet Society Foundation. Program ini akan melibatkan perempuan, termasuk perempuan dengan disabilitas, pelaku UMKM di Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Klaten. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas perempuan pelaku UMKM dan mengembangkan model peningkatan kapasitas yang efektif dan berkelanjutan. Sejumlah 462 perempuan pelaku usaha telah mengikuti serangkaian pelatihan mengenai digitalisasi usaha termasuk branding dan packaging, pemasaran digital, foto dan video produk, serta digitalisasi keuangan.
Di kota-kota besar, perjuangan memiliki rumah layak rasanya kian seperti mengejar bayangan. Harga tanah dan bangunan terus melambung, sementara penghasilan warga justru stagnan atau melambat pertumbuhannya. Jangankan menabung untuk membeli rumah, banyak yang masih kesulitan untuk sekadar memenuhi kebutuhan harian.
Padahal, setiap orang berhak memiliki tempat tinggal yang layak. Ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (ICESCR) yang telah diratifikasi Indonesia pada 2005.
Warga menolak penggusuran paksa oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan menuntut hak atas hunian layak bagi orang miskin dalam aksi di Balai Kota Jakarta pada September 2014. (Project M/Henry Lopulalan)
Karena itu, urusan rumah tidak bisa diserahkan sepenuhnya ke mekanisme pasar atau kemampuan individu. Negara bertanggung jawab untuk hadir dan membantu. Apalagi, negara punya semua instrumen yang diperlukan untuk bertindak. Ia menguasai tanah dan memiliki wewenang mengatur tata ruang. Ia bisa menerbitkan peraturan, pun merumuskan anggaran dan skema subsidi bagi yang membutuhkan.
Semua itu seharusnya bisa digunakan untuk membantu warga memiliki tempat tinggal yang layak; yang tidak sekadar memiliki atap dan dinding, tapi mampu membuat penghuninya hidup dengan rasa aman, damai, dan bermartabat.
Namun, selama ini negara tidak hadir secara efektif, dan justru membiarkan sistem perumahan urban yang berpihak kepada pasar dan pengembang besar.
Ini membuat rumah hanya dipandang sebagai barang dagangan atau alat mencari keuntungan. Banyak rumah lantas dibeli bukan untuk ditinggali, tapi untuk dijual lagi atau investasi. Imbasnya, harga semakin tidak masuk akal, jauh dari jangkauan mereka yang berpenghasilan pas-pasan.
Maka, kita butuh cara pandang baru. Rumah harus dilihat sebagai hak, bukan komoditas, dan kita bisa mengusahakannya bersama di tengah minimnya peran negara.
Ini bisa diwujudkan, misalnya, dengan skema koperasi perumahan.
Bangunan apartemen terlihat dari balik tembok Kampung Susun Akuarium di Jakarta Utara. Negara membiarkan sistem perumahan urban berpihak kepada pasar dan pengembang besar sehingga menghasilkan hunian dengan harga selangit yang tidak menjawab kebutuhan banyak orang. (Project M/Ricky Yudhistira)
Apa Itu Koperasi Perumahan?
Banyak orang mengasosiasikan koperasi hanya dengan kegiatan simpan-pinjam. Padahal, koperasi bisa bergerak di banyak bidang, dari pertanian hingga kesehatan dan perumahan. Intinya: koperasi hadir untuk memenuhi kebutuhan bersama para anggotanya.
Melalui koperasi perumahan, warga bisa bergotong royong merancang, membangun, dan mengelola hunian layak di wilayah urban. Tanah dan bangunan dikelola secara kolektif sehingga harganya tetap terjangkau dalam jangka panjang. Aset pun tidak bisa dijual atau digadaikan sembarangan karena keputusan semacam itu harus mendapat persetujuan anggota dalam rapat.
Kompleks apartemen menjulang di kawasan PIK yang membentang dari pesisir Jakarta hingga Kabupaten Tangerang., Banten. Rumah hanya dipandang sebagai komoditas sehingga harga semakin jauh dari jangkauan mereka yang berpenghasilan pas-pasan. (Project M/Ricky Yudhistira)
Ini jelas berbeda dengan cara main pengembang perumahan konvensional, yang membangun dan menjual unit rumah satu per satu ke individu. Ini biasanya membuat rumah jadi objek spekulasi dengan harga yang terus melonjak dari waktu ke waktu.
Tujuan koperasi perumahan adalah menyediakan tempat tinggal yang layak bagi anggotanya, bukan mengejar cuan. Kalaupun ada keuntungan, ia benar-benar dianggap sebagai sisa, bukan target utama. Uang yang ada bakal digunakan untuk perawatan bangunan, kegiatan komunitas, atau pembangunan unit baru.
Meski begitu, uang anggota tidak akan hilang begitu saja. Jika ada anggota yang keluar dari koperasi, simpanan atau biaya konstruksi yang telah dibayarkan akan dikembalikan.
Yang paling menarik, koperasi perumahan tidak hanya membangun rumah, tapi juga komunitas. Para anggota bisa saling membantu, berbagi sumber daya, dan menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman.
Sebagian orang mungkin berpikir bahwa bergiat di koperasi akan menyita banyak waktu. Namun, tidak harus begitu. Koperasi bisa mengangkat karyawan untuk mengurus kegiatan operasional harian. Anggota pun tidak mesti jadi pengurus atau pengawas, dan bisa masuk divisi tertentu sesuai minat masing-masing.
Seorang perempuan berjalan melintasi ruangan Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri di lantai dasar Kampung Susun Akuarium, Jakarta Utara. (Project M/Ricky Yudhistira)
Memang, pada saat-saat tertentu, partisipasi lebih sangat dibutuhkan, misalnya dalam proses perencanaan desain hunian atau penyusunan kegiatan usaha koperasi. Di momen seperti itu, keterlibatan aktif anggota justru menjadi kekuatan utama.
Bila bisa melangkah jauh bersama-sama, mengapa mesti sendirian?
Tiga Pilar Koperasi Perumahan
Mewujudkan perumahan kolektif berbasis koperasi bukanlah proses yang instan. Namun, kita bisa menjalankannya secara bertahap dan terarah dengan bertumpu pada tiga pilar: pengorganisasian, advokasi, serta jaringan.
Dalam pengorganisasian, prosesnya bisa dimulai dari obrolan kecil antar-tetangga tentang kondisi tempat tinggal, kebutuhan bersama, atau keinginan untuk membangun hunian yang lebih baik. Intinya adalah membangun kesadaran bersama.
Dari situ, kumpulkan warga dengan visi yang sama untuk membentuk koperasi. Susun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), lalu tentukan pengurus awalnya. Setiap anggota dapat mulai menyetor simpanan pokok, simpanan wajib, dan tabungan pembangunan rumah sebagai fondasi pembiayaan koperasi.
Seorang pria membuang sampah di Kampung Susun Akuarium, Jakarta Utara. Pengelolaan sampah jadi salah satu unit usaha Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri untuk menutup biaya operasional dan perawatan bangunan. (Project M/Ricky Yudhistira)
Lakukan pendataan kebutuhan tiap anggota, jumlah anggota keluarga, kemampuan finansial, keterampilan, dan lainnya. Data ini menjadi dasar untuk merancang desain hunian dan kegiatan usaha koperasi secara partisipatif. Kegiatan seperti pengelolaan sampah, penjualan barang kebutuhan pokok, atau usaha mikro lainnya dapat menutup biaya operasional dan perawatan bangunan secara berkelanjutan.
Pertemuan rutin, baik tatap muka maupun daring, perlu disepakati sebagai ruang diskusi dan pengambilan keputusan. Pendidikan bersama tentang hak atas tempat tinggal, prinsip koperasi, dan perencanaan komunitas juga sangat penting untuk memperkuat rasa kepemilikan kolektif.
Setelah terbentuk, koperasi harus memetakan lokasi tanah yang akan digunakan, menghitung estimasi biaya pembangunan, memahami tahapan perizinan, serta menyiapkan skema pengelolaan jangka panjang. Di sini, penting untuk menjalankan advokasi dan negosiasi.
Jika warga tidak memiliki atau tidak mampu membeli tanah, mereka bisa menelusuri dan mengajukan pemanfaatan tanah negara atau aset pemerintah yang tidak digunakan. Banyak komunitas berhasil memanfaatkan skema ini dengan dukungan dokumentasi dan strategi advokasi yang kuat.
Koperasi juga perlu cermat merancang strategi pembiayaan dengan opsi beragam. Selain menarik iuran anggota, koperasi dapat menggalang dana publik, memanfaatkan program tanggung jawab sosial perusahaan, mengajukan pinjaman ke bank, atau mencoba mengakses subsidi pemerintah.
Pemerintah telah membentuk Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) yang bertugas menyalurkan pinjaman atau pembiayaan kepada koperasi. Selama ini, dananya banyak disalurkan untuk mendukung usaha koperasi simpan-pinjam dan konsumsi. Namun, pada prinsipnya, koperasi perumahan juga bisa mengakses dana tersebut.
Anggota koperasi dari sejumlah kampung yang tergabung dalam Jaringan Rakyat Miskin Kota bersama-sama memperjuangkan kesejahteraan, terutama hak atas hunian layak, melalui kegiatan aspirasi politik di Kampung Susun Akuarium di Jakarta Utara pada Januari 2023. (Project M/Ricky Yudhistira)
Kerja-kerja advokasi dan negosiasi juga penting untuk mendapat pengakuan hukum dan dukungan pemerintah, termasuk dalam hal penyesuaian tata ruang, insentif perpajakan, kemudahan perizinan, dan program pendampingan. Ini dapat dilakukan melalui jalur administratif maupun kampanye publik.
Seluruh proses yang telah dijabarkan tersebut akan lebih mudah dijalani bila koperasi perumahan dapat membangun jejaring dan berkolaborasi dengan banyak pihak. Perlu dicatat: koperasi tidak bisa berjalan sendiri.
Arsitek komunitas, LSM, dan perguruan tinggi dapat memberikan pendampingan dan dukungan, termasuk untuk merancang desain hunian, menyusun rencana usaha, dan menguatkan sistem pengelolaan pasca-huni. Akses ke tanah, dana pembangunan, dan pelatihan teknis pun bisa didapat bila kita aktif berjejaring dengan koperasi lainnya atau bergabung dalam aliansi yang memiliki perhatian terhadap hak atas tempat tinggal.
Tidak hanya itu, kita bisa membangun hubungan dengan pemerintah daerah untuk melancarkan proses negosiasi serta berkonsultasi dengan organisasi internasional yang memiliki visi serupa.
Ini semua bisa terwujud bila koperasi dapat membangun kepercayaan dan senantiasa menjunjung kepentingan komunitas.
Tentu, ada banyak tantangan yang mesti dihadapi. Namun, contoh kasus di berbagai kota membuktikan ini bukan hal mustahil. Warga bisa membangun hunian layak dan berkelanjutan asal terus menjaga semangat gotong royong, serta mau belajar dan beradaptasi sepanjang prosesnya.
Melihat Contoh Keberhasilan
Warga Kampung Akuarium di Jakarta Utara tetap bertahan dengan mendirikan gubuk baru di atas puing-puing setelah penggusuran paksa oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada April 2016. (Project M/Henry Lopulalan)
Salah satu contoh kasus yang bisa jadi inspirasi membangun perumahan kolektif berbasis koperasi adalah Kampung Susun Akuarium di Jakarta Utara.
Dulunya, ia adalah Kampung Akuarium, satu dari sekian banyak kampung kota yang rutin dicap “ilegal”. Pada 2016, kampung ini digusur paksa. Namun, warga tidak menyerah. Mereka membentuk koperasi, menyusun rencana pembangunan bersama arsitek komunitas, dan memperjuangkan haknya lewat jalur politik dan hukum.
Hasilnya, pada 2021, berdirilah Kampung Susun Akuarium. Disebut “kampung susun” karena ia mengakomodasi cara hidup kampung kota dalam hunian bertingkat.
Terdiri dari 241 unit hunian, ia dibangun di atas tanah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Desain bangunannya dirancang secara partisipatif oleh calon penghuni sesuai kebutuhan mereka, dengan pendampingan arsitek komunitas.
Kampung Susun Akuarium telah mendapatkan penghargaan Asia Pacific Housing Innovation Award 2023 dan World Habitat Award 2024 atas keberhasilan inovasi perumahan yang melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan, serta memberikan solusi atas masalah hunian di perkotaan. (Project M/Ricky Yudhistira)
Karena seluruh biaya pembangunan ditanggung pemprov, bangunan yang ada menjadi milik pemprov. Namun, pengelolaannya diserahkan kepada Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri berdasarkan perjanjian kerja sama pemanfaatan lahan antara kedua pihak.
Untuk tiap unitnya, koperasi hanya perlu membayar sewa Rp34.000 per bulan ke pemprov. Ini salah satu bentuk subsidi negara untuk masyarakat kurang mampu yang tinggal di sana.
Biaya perawatan dan pengelolaan gedung ditanggung oleh koperasi dengan uang dari berbagai usaha yang dijalankannya, termasuk jasa cuci baju, katering, air isi ulang, warung sembako, perahu wisata, dan homestay. Dengan begitu, beban iuran bulanan anggota koperasi bisa ditekan.
Perjanjian kerja sama yang ada bakal berakhir selewat lima tahun. Setelah itu, koperasi bisa mengajukan kepada pemprov agar tanah dan bangunan yang ada dihibahkan kepada mereka.
Selain itu, ada pula proyek rumah flat Menteng di Jakarta Pusat. Belakangan, ia menarik perhatian publik karena harganya yang relatif terjangkau meski terletak di Jalan Rembang, kawasan elite yang dikenal serba mahal.
Rumah flat ini dimiliki dan dikelola secara kolektif oleh koperasi. Desainnya dirancang secara partisipatif, dengan mempertimbangkan kebutuhan penghuni dan keberadaan ruang bersama seperti kantor koperasi dan toko buku.
Ada tujuh unit hunian di bangunan empat lantai ini dengan luas beragam, mulai dari 40 hingga 128 meter persegi. Ongkos konstruksi sepenuhnya ditanggung anggota koperasi berdasarkan luas unit yang mereka tempati. Biaya per unit berkisar dari sekitar Rp400 juta hingga Rp1,2 miliar.
Warga kelas menengah berhasil menggagas dan mewujudkan rumah flat Menteng di kawasan elite Jakarta Pusat dengan harga relatif terjangkau. Menurut kajian Rujak Center for Urban Studies, hunian flat multifamily dengan tinggi maksimal empat lantai dapat menjawab keterbatasan lahan perumahan di Jakarta dan masih dapat diterima masyarakat yang cenderung berorientasi pada rumah tapak. (Project M/Ricky Yudhistira)
Rumah flat Menteng berdiri di atas lahan 280 meter persegi milik Marco Kusumawijaya, pengamat tata kota sekaligus anggota koperasi. Koperasi menyewa lahan dari Marco selama 70 tahun dengan biaya Rp90 juta per tahun. Penghuni membayar sewa tanah secara bulanan dengan nilai berbeda, tergantung luas unit masing-masing.
Setelah berhasil di Menteng, koperasi berencana mengembangkan rumah flat lainnya di dua lokasi baru: Matraman di Jakarta Timur dan Pancoran di Jakarta Selatan.
Dua contoh tersebut menunjukkan skema koperasi perumahan bukan sekadar angan-angan, baik untuk kelas menengah ataupun mereka yang tergolong tidak mampu.
Dengan semangat kolektif, warga terbukti mampu mengambil alih kendali atas ruang tinggalnya, menciptakan rumah yang aman, nyaman, dan bebas dari spekulasi pasar.
Maka, mari bergerak. Susun kelompok, bentuk koperasi, ajukan hak atas tanah, dan bangun jejaring. Kita punya alat, pengalaman, dan—yang terpenting—hak untuk tinggal di kota. Dan, hak itu harus diperjuangkan bersama-sama.
by Gugun Muhammad (pegiat koperasi perumahan dari Urban Poor Consortium), Project Multatuli August 8, 2025
Di tengah hamparan sawah yang membentang luas dan jalan desa yang teduh oleh pepohonan, Desa Kedungampel, Cawas, Klaten, kini memiliki cerita baru tentang semangat belajar. Cerita ini lahir dari kepedulian mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 045 UIN RMS Surakarta yang menjalankan program dengan tema Desa Ramah Perempuan dan Anak.
Tema tersebut mendorong para mahasiswa untuk merancang kegiatan yang memberi ruang aman, nyaman, dan bermanfaat bagi perempuan dan anak-anak di desa. Salah satu wujud nyatanya adalah pembentukan Taman Belajar Kedungampel, sebuah sudut sederhana yang diubah menjadi pusat aktivitas edukatif dan kreatif untuk anak-anak.
Tidak perlu gedung megah, cukup tikar yang digelar rapi, rak buku yang tertata, dan koleksi bacaan yang menggoda rasa ingin tahu. Setiap sore, anak-anak datang membawa semangat, duduk bersama, membuka buku, dan membiarkan dunia imajinasi mengalir di benak mereka.
Taman belajar ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat membaca. Di sinilah berlangsung berbagai kegiatan yang memadukan pendidikan dan hiburan: belajar menulis dan berhitung, menggambar, mewarnai, bermain permainan edukatif, hingga mendengarkan cerita yang dibacakan mahasiswa.
Suasana yang santai membuat anak-anak merasa belajar adalah kegiatan yang menyenangkan, bukan kewajiban yang membebani. Selain itu, taman belajar ini menjadi ruang aman di mana anak-anak dapat berinteraksi, mengekspresikan diri, dan mengembangkan kreativitas tanpa rasa takut.
Donasi Buku sebagai Jembatan Pengetahuan
Koleksi bacaan yang menjadi daya tarik utama taman belajar ini hadir berkat dukungan dari berbagai pihak, salah satunya Joli Jolan. Melalui donasi buku yang mereka berikan, taman belajar ini memiliki bahan bacaan yang variatif. Mulai dari buku cerita bergambar, majalah anak, hingga buku pengetahuan umum yang sesuai usia.
Selain Joli Jolan, bantuan juga datang dari pihak-pihak lain yang tak kalah peduli. Ada yang menyumbangkan buku tambahan hingga dukungan keuangan untuk memastikan kegiatan berjalan lancar. Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa literasi dapat berkembang melalui gotong royong dan kepedulian bersama.
Sebagai bagian dari program Desa Ramah Perempuan dan Anak, taman belajar ini dirancang untuk terus berlanjut bahkan setelah masa KKN berakhir. Mahasiswa KKN 045 menata penempatan taman belajar yang strategis dan terdapat pengelolanya sendiri.
Dengan begitu, taman belajar tidak hanya menjadi tempat membaca, tetapi juga menjadi pusat pertumbuhan minat baca dan kreativitas anak-anak Kedungampel untuk tahun-tahun mendatang.
Harapan yang Tertanam di Halaman Buku
Kini, Taman Belajar Kedungampel berdiri sebagai simbol bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah kecil. Dengan dukungan dari Joli Jolan, para donatur, dan semangat gotong royong masyarakat, desa ini membuktikan bahwa akses bacaan yang memadai bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan yang layak diperjuangkan.
Di setiap buku yang dibuka, tersimpan harapan. Harapan bahwa anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang cerdas, kreatif, dan berani bermimpi. Dan di Kedungampel, harapan itu kini sedang mekar satu halaman demi satu halaman.
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta yang sedang melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Kelompok 285 yang bertempat di Desa Bolali, Wonosari, Klaten telah menyelenggarakan program kerja utama berupa Festival Literasi dan Seni Anak Bolali. Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 25 Juli 2025 tersebut mengangkat tema Moderasi Beragama. Kegiatan yang diselenggarakan di kantor halaman Desa Bolali ini turut mengundang pihak sponsorship dan media partner untuk mendukung suksesnya acara.
Kegiatan ini ditujukan untuk semua kalangan anak-anak yang ada di Desa Bolali dan dapat diakses secara gratis atau tanpa dipungut biaya. Festival ini bertujuan untuk menumbuhkan nilai toleransi sejak dini pada anak-anak Desa Bolali melalui media edukasi yang kreatif. Festival ini menyajikan beranekaragam kegiatan menarik seperti mewarnai gambar yang mengandung pesan toleransi beragama, membaca buku gratis, mendengarkan dongeng, pembagian makanan, mainan, dan tas gratis yang merupakan hasil kolaborasi dengan komunitas sosial Ruang Solidaritas Joli Jolan.
Kegiatan ini sangat didukung dan mendapat sambutan positif oleh pihak masyarakat dan anak-anak Bolali. Hal tersebut dapat dilihat dari antusias mereka yang cukup tinggi. Bahkan sebagian besar anak-anak sudah membawa peralatan sendiri untuk mengikuti kegiatan ini dan berangkat lebih awal dari waktu yang sudah diinformasikan. Ibu Barokah, salah satu warga Desa Bolali, mengatakan, “Saya sangat senang mendapatkan tas yang sangat layak pakai, bisa untuk dipakai ke kondangan, atau main. Apalagi lihat atusias ibu-ibu lain yang menghantarkan anaknya untuk mengikuti kegiatan ini saya turut terharu kalau warga sini kompak semua untuk mendukung kegiatan satu sama lain”.
Apa yang menjadi tantangan utama Joli Jolan saat ini? Jika boleh menyebut salah satu, hal itu adalah keberlimpahan donasi. Ya, hampir setiap hari ada kiriman (terutama pakaian) yang datang di drop box kami. Tentu kami mengapresiasi kebaikan hati kawan-kawan yang telah bersolidaritas melalui Joli Jolan.
Makin hari, makin banyak warga yang telah berbagi dengan berkesadaran, memberikan barang dengan kondisi baik untuk digunakan kembali oleh sesama. Namun di saat yang sama, hal ini menjadi tanggung jawab kami untuk mengelola donasi dengan sebaik-baiknya.
Salah satu solusi untuk mengatasi keberlimpahan adalah redistribusi dan membuka jaringan. Akhir pekan ini kami menambah jaringan warga baru, bekerja sama dengan Posyandu Lansia dan Balita di RW XI Manahan, Solo.
Sejumlah pakaian dewasa, anak, dan jilbab kami salurkan untuk warga setempat yang membutuhkan, tentu saja dengan bantuan pengurus posyandu setempat. Pola-pola redistribusi dengan melibatkan warga sejatinya sudah cukup lama kami inisiasi.
Beberapa bahkan mulai melaksanakan kegiatan berbagi secara rutin. Kegiatan itu tersebar di Masjid Al Huda, Kerten; Wirosari, Grobogan; Totosari, Laweyan; Jaten, Karanganyar; Pucangan, Kartasura; hingga Cepu. Jaringan dan kolektivisme ini menjadi modal berharga untuk mendorong pemerataan penerima donasi pakaian/barang.
Apa yang menjadi prioritas kami sejujurnya bukan mendapatkan donasi sebanyak-banyaknya. Donasi secukupnya dengan kualitas terjaga dan sesuai kebutuhan lebih kami utamakan. Oleh karena itu, kami pasti selalu menanyakan terlebih dulu apa yang hendak kawan berikan.
Bukan kami menolak kebaikan kawan-kawan, tapi agar donasi itu nantinya benar-benar tepat guna dan tidak menumpuk di ruang penyimpanan. Karena, tak setiap waktu jaringan yang kami miliki dapat menyerap barang dari Joli Jolan. Sama dengan kami, mereka juga memiliki keterbatasan di sana-sini. Panjang umur hal-hal baik.
Mireng, 19 Juli 2025- Kelompok 218 Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Raden Mas Said Surakarta menghadirkan sebuah kegiatan kolaboratif dan inspiratif bertajuk “Bazar Ceria untuk Semua” yang mengusung tema “Berbagi dengan Hati, Tumbuhkan Kepedulian”. Kegiatan ini sukses digelar pada Sabtu pagi, 19 Juli 2025, bertempat di halaman Puskesmas Pembantu Desa Mireng, mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB.
Kegiatan ini merupakan bentuk nyata kepedulian sosial mahasiswa terhadap masyarakat melalui program kerja yang menyentuh langsung kebutuhan warga. Bazar ini menyajikan pakaian gratis, buku, dan boneka layak pakai hasil donasi yang dikelola bersama komunitas sosial Ruang Solidaritas Joli Jolan, yang menjadi mitra kolaboratif dalam kegiatan ini.
Tak hanya itu, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan bazar sayuran segar gratis yang disediakan untuk mendukung ketahanan pangan keluarga serta mengedukasi masyarakat pentingnya konsumsi sayur setiap hari.
Sebagai bentuk kontribusi di bidang kesehatan, diselenggarakan pula layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) bekerja sama dengan Puskesmas Trucuk 1 dan didukung oleh Puskesmas Pembantu Desa Mireng. Pemeriksaan meliputi cek gula darah, kolesterol, tekanan darah, pengukuran tinggi dan berat badan, pemeriksaan SADARNIS (pemeriksaan payudara klinis untuk perempuan), THT, serta layanan konsultasi dokter umum.
Program ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat Desa Mireng yang hadir dengan antusias, baik tua maupun muda, serta dukungan penuh dari tenaga medis dan relawan yang terlibat. Warga tidak hanya mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan ini, tetapi juga diajak untuk menumbuhkan rasa peduli dan semangat berbagi antar sesama.
Ketua KKN Kelompok 218 menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan mampu menjadi jembatan kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat, dan instansi terkait dalam membangun desa yang lebih peduli, sehat, dan sejahtera.
Melalui kegiatan ini, Mahasiswa KKN tidak hanya hadir sebagai pelaksana program, tetapi juga sebagai fasilitator perubahan sosial yang mengakar pada nilai-nilai empati dan kemanusiaan. Berbagi itu sederhana, tetapi dampaknya bisa luar biasa. Mari tumbuhkan kepedulian, mulai dari hal-hal kecil untuk perubahan yang besar.
Manfaatkan waktu libur sekolah untuk menemani Si Kecil belajar hal baru: jadi storyteller kecil! Lewat Story Camp di @dolpinid orang tua dan anak bisa bareng-bareng belajar menyusun cerita, berekspresi, dan membangun kepercayaan diri dari rumah. Sehingga nantinya dapat bercerita denga penuh kesadaran dan percaya diri.
Siapa saja yang boleh mendaftar? Anak usia maksimal 12 tahun dan terbuka untuk keluarga di seluruh Indonesia.
Dapat apa di Story Camp? ✅️ Belajar jadi Storyteller Kecil bareng para ahli ✅️ Buku Petualangan Dovi & Pipin ✅️ Plus paket pembelajaran seru & hadiah menarik
Ssst, ini juga bagian dari road toStorytelling Competition tingkat nasional!
Akhir bulan ini, Ruang Solidaritas Joli Jolan bakal meramaikan agenda bertajuk Art Edu Care#15 di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Jebres, Solo, Jumat-Selasa 23-27 Mei 2025. Art Edu Care merupakan pameran seni yang memiliki sejarah cukup panjang, dengan penyelenggaraan perdana pada tahun 2010. Tahun ini agenda besutan Program Studi Pendidikan Seni Rupa UNS itu mengusung tema “Feel The Same”.
Sebagai gerakan sosial-lingkungan, undangan dari kawan-kawan seni kami apresiasi sebagai kerja bersama membangun peradaban. Oleh karena itu, Joli Jolan sengaja membawa banyak buku bacaan di Art Edu Care#15. Setiap pengunjung stan Joli Jolan dapat mengambil maksimal dua buku dengan gratis.
Setelah itu, cukup unggah foto bareng buku yang diambil ke story Instagram dan tag @joli_jolan dan @arteducare. Kami juga menyediakan pakaian dan aksesoris keren yang juga bisa diambil secara cuma-cuma. Ada pula pameran info grafis tentang Joli Jolan yang bisa kawan simak di stan.
Yang spesial, kali ini kami bekerja sama dengan komunitas Ajeg Social untuk menampilkan deretan seni upcycle. Karya tersebut berupa pakaian, rajutan, topi, aksesoris, dan lain sebagainya. Produk ini sebagian mengambil bahan pakaian bekas di Joli Jolan, menjadi upaya bersama kami untuk mengampanyekan fesyen berkelanjutan.
Tentu kawan-kawan juga dapat menikmati karya seniman-seniman keren yang dipamerkan di Art Edu Care#15. Oh ya, stan kami tepatnya berada di teras Perpustakaan TBJT (berdampingan dengan Galeri Seni). Kami tunggu ya!
Note: Khusus Jumat 23 Mei, stan buka mulai 18.30 WIB.
Konsumsi berlebihan sudah menjadi pola hidup sebagian masyarakat, yang tentunya berdampak terhadap lingkungan. Efeknya turut mempengaruhi kesehatan mental, bisa berupa kecemasan, stres, hingga kepuasan hidup yang palsu.
Menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan hari-hari ini tampaknya semakin penting. Tak hanya untuk mengenali diri, tetapi juga untuk membantu meringankan beban bumi. Art therapy melalui metode sashiko pun hadir menjadi alternatif menuju konsumsi berkesadaran, mengurangi stres, sekaligus menghasilkan karya estetik.
Sashiko adalah teknik menjahit tradisional Jepang yang awalnya dibuat untuk memperbaiki kain sobek. Namun sashiko bukan hanya tentang kain dan menyulam. Ada filosofi mendalam bahwa sesuatu yang pernah rusak bisa jadi lebih indah saat dirajut kembali dengan cinta dan kesabaran.
Dalam workshop kali ini, InnerChild bakal mengajak bereksperimen sashiko dengan media celana jin denim yang disediakan oleh Joli Jolan. Setiap prosesnya akan kita maknai bersama sebagai upaya membangun diri yang pernah retak, tentang menerima masa lalu, dan memulainya kembali dengan lebih kuat.
Sebelum menyelami diri bersama sashiko, psikolog klinis RS Indriati Boyolali, Xavera Adis, akan menyampaikan insight tentang mindful consumption. Praktik konsumsi secukupnya dan manfaatnya terhadap kesehatan mental juga akan dieksplorasi secara mendalam.
Segera daftarkan diri kalian ya kawan-kawan, kuota terbatas. Sampai jumpa 1 Mei!